Di dalam blog ini tersedia pengumuman dan informasi terbaru.
Die Evangelische Indonesische Kristusgemeinde Rhein-Main (nachfolgend als EIKG abgekürzt) besteht seit 2005 als Mitgliedsgemeinde der EKHN und hat die Hauptaufgabe als Gemeinde Jesu Christi das Evangelium zu bezeugen und zu verkündigen. Ebenso hat die Gemeinde auch das Ziel nach § 1, Absatz 4 der Ordnung der EIKG „indonesische Kulturen, Traditionen und Identitäten – vor allem auch die indonesische Sprache – zu pflegen und zu bewahren.“
Die Tanzgruppe Pesona Indonesia & Friends wurde 2004 in Frankfurt am Main gegründet. Die Gründungsmitglieder waren/sind in Deutschland geborene indonesisch stämmige Schülerinnen und Studentinnen sowie ausgewanderte indonesische Studentinnen, die im Raum Frankfurt am Main wohnten. Der Gruppe gehören Indonesier und IndonesierInnen verschiedener Ethnien an mit unterschiedlichen Religionszugehörigkeiten, darunter sowohl Mitglieder der Ev. Indonesischen Kristusgemeinde Rhein-Main, wie auch muslimische IndonesierInnen.
Ziel der Gruppe „Pesona Indonesia & Friends“ ist es mit der Aufführung von traditionellen Tänzen die vielfältige Kultur Indonesiens zu bewahren und die Kulturen und Traditionen der unterschiedlichen Ethnien Indonesiens in Deutschland vorzustellen.
Schon im November 2018 begannen die Proben zu dieser theatralische Tanzdarbietung (in Indonesisch: „Sendratari“), welche am 28. April 2019 stattfinden wird.
Als Nebenprogramm zum „Sendratari“ sind u. a. ein Essens Basar, eine Fotoausstellung und der Verkauf von traditionellen Handwerken geplant. Die Darbietung wird von mehr als 40 Tänzerinnen und Tänzer unterstützt und besteht aus zwei Teilen zu je ca. 50 Minuten. Dazwischen wird es eine Pause von 20 Minuten geben.
Die Geschichte wird durch Tänze erzählt und das Publikum kann die Bedeutung auf Deutsch auf der Leinwand verfolgen. Die Vorführung wird sowohl von traditioneller indonesischer Musik, als auch von modernen indonesischen Poplieder als Musikhintergrund begleitet.
„Candra Kirana“ ist keine übliche Prinzessinnengeschichte. Sie ist auch keine typische tragische Liebesgeschichte, wie Romeo und Julia. Die Erzählung von Galuh Candra Kirana und Ihrer Liebe Inu Kertapati klingt anfänglich vielleicht wie eine Disney Story und hat alle Elemente eines Märchens. Aber ihre Geschichte wird die Erwartungen an eine Disney Prinzessin übertreffen, während Candra Kirana ihr Abenteuer aufnimmt, um sich selbst zu finden. Indem die Tanzgruppe diesen bestimmten Charakter ausgewählt hat, möchten Sie einen klassischen Charakter aus der javanischen Kultur in einer modernen Art und Weise vorstellen und die Vorurteile über eine (javanische) Prinzessin überwinden. Die starke Persönlichkeit der Hauptfigur als eine Frau soll alle Zuschauer zum Nachdenken bringen, wie die Genderrolle nach Jahrzehnten in unserer modernen Welt immer noch unverständlicher Weise als Problem hervorgehoben wird.
Der Vorverkauf der Eintrittskarten hat begonnen: Zum Vorverkauf
Interntionales Theater Frankfurt
Hanauer Landstraße 5-7 (Zoo-Passage)
60314 Frankfurt am Main
1. Vorstellung: Zur Buchung
13:00 Uhr - Einlass (Essens Basar / Fotoausstellung / Verkauf)
14:00 Uhr - Beginn Sendratari Teil 1
Pause 20 Minuten (Essens Basar / Fotoausstellung / Verkauf)
15:00 Uhr - Sendratari Teil 2
16:00 Uhr Ende Show I (Essens Basar / Fotoausstellung / Verkauf)
2. Vorstellung: Zur Buchung
17:00 Uhr - Einlass (Essens Basar / Fotoausstellung / Verkauf)
18:00 Uhr - Beginn Sendratari Teil 1
Pause 20 Minuten (Essens Basar / Fotoausstellung / Verkauf)
19:00 Uhr - Sendratari Teil 2
20:00 Uhr - Ende (Essens Basar / Fotoausstellung / Verkauf)
Projek ini diprakarsai oleh orang-orang muda kita. Malam Dana ini telah diselenggarakan pada hari Sabtu 2018/11/17 untuk korban bencana alam di Palu Donggala. Berawal dari Indonesia Care Day, sekarang telah menghasilkan satu proyek jangka panjang yaitu "Solidaritas Bersama". Mahasiswa-Mahasiswi dan orang-orang tua dalam dialog antaragama dengan teman-teman dan mitra, diantaranya Masyarakat Muslim Indonesia, Masyarakat Katolik Indonesia di Frankfurt dan di Hessen, Persatuan Pelajar Indonesia dan Masyarakat Hindu Indonesia telah menyelenggarakan Basar melalui pengjualan Batik, penjualan makanan khas Indonesia dan workshop angklung. Acara ini diselenggarakan di Akademi Evangelis di Frankfurt dengan didukung peralatan teknis dari Audio Frankfurt. Acara yang indah dan harmonis ini dikerjakan hanya dalam jangka waktu persiapan satu bulan saja. Sumbangan terkumpul pada malam amal tersebut sebesar 4,270.10 EURO, ditambahkan dengan sumbangan sebelumnya yang telah dikumpul, keseluruhan berjumlah 7,533.89 EURO.
Status terkini untuk bantuan kemanusiaan di Indonesia
Program utama dalam acara malam amal ini, telah menampilkan diatas panggung yaitu musik Indonesia, suara dan tarian tradisional, musik klasik, dan musik pop. Ketua Jemaat kami Jens Balondo dalam sambutannya menekankan betapa pentingnya satu kerjasama antaragama pada dikalangan generasi muda. Selain bantuan kemanusiaan, proyek ini juga memberi sinyal pentingnya dialog dengan berbasiskan toleransi. „Salah satu daerah yang hancur tertimpa bencana adalah Pusat Pelatihan dan Pembinaan Warga Gereja dan Warga Masyarakat milik Gereja Protestan Indonesia Donggala. Lembaga ini juga adalah tempat diselenggarakannya Dialog Antaragama. Karena itu bagi kami Sentrum ini sangat penting. Sentrum ini harus kita kembali bangun bersama-sama, agar supaya generasi yang akan datang memiliki masa depan dan harapan untuk menunjukan kebersamaan dan kesatuan dalam kepelbagaian masyarakat kita." Demikian Pendeta Junita Rondonuwu-Lasut, Pendeta Jemaat Kristus Indonesia Rhein-Main menambahkan.
Pidato Ketua Jens Balondo [In deutscher Sprache]
Doa - Masyarakat Katolik Indonesia Frankfurt dan sekitarnya (MKIF), Pastor Romo Innocentius Sigaze
Doa - Masyarakat Muslim Indonesia (MMI), Ustadz Fidinul Hayat
Doa - Masyarakat Hindu Indonesia, Ibu Putu Nanda Novira Artati
Doa - Jemaat Kristus Indonesia Rhein-Main (JKI), Pendeta Junita Rondonuwu-Lasut
Leandro Christian (28) adalah seorang pianis konser yang berpengalaman. Ia menyelesaikan studi musiknya di Queensland Conservatory di Australia. Dia sedang belajar untuk gelar master dengan Lev Natochenny di Akademi Musik Kalaidos di Frankfurt am Main. Dia juga adalah pemain musik gereja dalam ibadah-ibadah minggu Jemaat Kristus Indonesia Rhein-Main.
Dia memainkan karya dari "Bach-Brahms Chaconne di D minor". Keunikan komposisi ini yaitu dimainkan hanya dengan tangan kiri.
The Chaconne karya Johann Sebastian Bach untuk biola. Kemudian komposisi ini diubah oleh Brahms untuk piano dengan menggunakan tangan kiri saja. Sebagai penghormatannya kepada Clara Schumann, istri dari Robert Schumann, teman baik dari Brahms, karena Clara Schumann tangan kanannya cedera.
Brahms mengatakan: "Dari biola kecil, komposer menulis keutuhan sebuah Dunia dengan pikiran yang dalam dan perasaan yang kuat"
Sumbangan-Sumbangan masuk ke Internal Nomor Projek "RT 1623-SP.02/2018"
Tindakan bantuan: