Blog

Di dalam blog ini tersedia pengumuman dan informasi terbaru.

Senin, 19 November 2018 19:26

Malam Dana - SOLIDARITAS BERSAMA

[In deutscher Sprache]

Projek ini diprakarsai oleh orang-orang muda kita. Malam Dana ini telah diselenggarakan pada hari Sabtu 2018/11/17 untuk korban bencana alam di Palu Donggala. Berawal dari Indonesia Care Day, sekarang telah menghasilkan satu proyek jangka panjang yaitu "Solidaritas Bersama". Mahasiswa-Mahasiswi dan orang-orang tua dalam dialog antaragama dengan teman-teman dan mitra, diantaranya Masyarakat Muslim Indonesia, Masyarakat Katolik Indonesia di Frankfurt dan di Hessen, Persatuan Pelajar Indonesia dan Masyarakat Hindu Indonesia telah menyelenggarakan Basar melalui pengjualan Batik, penjualan makanan khas Indonesia dan workshop angklung. Acara ini diselenggarakan di Akademi Evangelis di Frankfurt dengan didukung peralatan teknis dari Audio Frankfurt. Acara yang indah dan harmonis ini dikerjakan hanya dalam jangka waktu persiapan satu bulan saja. Sumbangan terkumpul pada malam amal tersebut sebesar 4,270.10 EURO, ditambahkan dengan sumbangan sebelumnya yang telah dikumpul, keseluruhan berjumlah 7,533.89 EURO.

Status terkini untuk bantuan kemanusiaan di Indonesia

Program utama dalam acara malam amal ini, telah menampilkan diatas panggung yaitu musik Indonesia, suara dan tarian tradisional, musik klasik, dan musik pop. Ketua Jemaat kami Jens Balondo dalam sambutannya menekankan betapa pentingnya satu kerjasama antaragama pada dikalangan generasi muda. Selain bantuan kemanusiaan, proyek ini juga memberi sinyal pentingnya dialog dengan berbasiskan toleransi. „Salah satu daerah yang hancur tertimpa bencana adalah Pusat Pelatihan dan Pembinaan Warga Gereja dan Warga Masyarakat milik Gereja Protestan Indonesia Donggala. Lembaga ini juga adalah tempat diselenggarakannya Dialog Antaragama. Karena itu bagi kami Sentrum ini sangat penting. Sentrum ini harus kita kembali bangun bersama-sama, agar supaya generasi yang akan datang memiliki masa depan dan harapan untuk menunjukan kebersamaan dan kesatuan dalam kepelbagaian masyarakat kita." Demikian Pendeta Junita Rondonuwu-Lasut, Pendeta Jemaat Kristus Indonesia Rhein-Main menambahkan.

Pidato Ketua Jens Balondo [In deutscher Sprache]

Doa - Masyarakat Katolik Indonesia Frankfurt dan sekitarnya (MKIF), Pastor Romo Innocentius Sigaze
Doa - Masyarakat Muslim Indonesia (MMI), Ustadz Fidinul Hayat
Doa - Masyarakat Hindu Indonesia, Ibu Putu Nanda Novira Artati
Doa - Jemaat Kristus Indonesia Rhein-Main (JKI), Pendeta Junita Rondonuwu-Lasut

Leandro Christian (28) adalah seorang pianis konser yang berpengalaman. Ia menyelesaikan studi musiknya di Queensland Conservatory di Australia. Dia sedang belajar untuk gelar master dengan Lev Natochenny di Akademi Musik Kalaidos di Frankfurt am Main. Dia juga adalah pemain musik gereja dalam ibadah-ibadah minggu Jemaat Kristus Indonesia Rhein-Main.

Dia memainkan karya dari "Bach-Brahms Chaconne di D minor". Keunikan komposisi ini yaitu dimainkan hanya dengan tangan kiri.

The Chaconne karya Johann Sebastian Bach untuk biola. Kemudian komposisi ini diubah oleh Brahms untuk piano dengan menggunakan tangan kiri saja. Sebagai penghormatannya kepada Clara Schumann, istri dari Robert Schumann, teman baik dari Brahms, karena Clara Schumann tangan kanannya cedera.

Brahms mengatakan: "Dari biola kecil, komposer menulis keutuhan sebuah Dunia dengan pikiran yang dalam dan perasaan yang kuat"





Informasi tentang fotografer:
Selain menulis bait, rima dan pulsiert, Grover Rondonuwu adalah seorang pemain catur yang handal. Ia tetapi juga menemukan kegembiraannya melalui fotografi.


Informasi tentang fotografer:
Christian Jose sedang menyelesaikan program Studienkolleg di Universitas Tehnik Darmstadt (bidang tehnik). Di masa SMP ayahnya menghadiahkan sebuah kamera, pada awalnya dengan sistem automatik. Sejak tahun 2017 iya mulai mencoba fotografi manual dan mempelajarinya lebih lanjut sebagai hobi.
Kontak: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Sumbangan-Sumbangan masuk ke Internal Nomor Projek "RT 1623-SP.02/2018"

Tindakan bantuan:

Pertolongan Kamanusiaan Di Indonesia / RT 1623 - SP.02/2018

Hilfslieferungen kommen nur schleppend voran

Das Gebiet Langaleso / Jono Oge liegt ca. 12 km südlich von der Küste von Palu. Hier wurde das Leben vom Erdbeben und Schlammfluten erfasst und begraben.

Der Kirchenpräsident der Protestantischen Kirche in Donngala, Dr. Alexander Z. Rondonuwu berichtet: "Meine Familie und ich wurden selbst nach der Naturkatastrophe in Jono Oge von der muslimischen Gemeinde Taqlim, im Dorf Langaleso aufgenommen und versorgt. Das Dorf Langaleso ist fast zu 100% muslimisch. Am 30. Oktober hatten wir eine erneute Begegnung, um bei der Seelsorge der Opfer vor Ort und die logistische Hilfe zu unterstützen."

Dr. Rondonuwu brachte ebenso Hilfslieferungen und -personal mit. Trotzdem langt es vorne und hinten nicht. Die Lieferungen treffen, bedingt organisatorischen Umwegen sehr spät ein, obwohl Hilfsgelder schon seit Wochen - auch aus Deutschland - überwiesen wurden.

Raum für Bildung und Dialog

Der intensive Dialog zwischen den Religionen wurde schon seit Jahren in dieser Region gelebt. Hierzu diente einst ein Bildungszentrum, welches von den Schlammmaßen erfasst und zerstört wurde. Nun hat die Kirche auch mit theologischen Personal zu kämpfen, da viele selbst betroffen sind. In Indonesien werden z. B. die Pfarrerinnen und Pfarrer von einem Teil der sonntäglichen Kollekten bezahlt, welches dann schlussendlich auch deren Lebensunterhalt abdeckt. Diese bleiben allerdings durch die derzeitigen Umstände aus. Somit können die meisten nur zum Teil die notwendige Kraft zur Koordination und für seelsorgerische Arbeit für die Menschen aufbringen. Dennoch versuchen sie ihr bestes, da sie sagen: ".. der interreligiöse Dialog bildet die Grundlage für das Zusammenleben hier in Indonesien. Es ist wichtig diesen weiterhin zu bewahren."

Unsere Spenden fließen auf direkten Weg in die Donggala Kirche, um auch eine schnelle Hilfe für die Gemeinden, unabhängig welcher Religion, zu gewährleisten. Denn wer kennt die hilfsbedürftigen Positionen nicht besser, als die Menschen vor Ort selbst. Mit den Einnahmen zu unserer Benefizveranstaltung möchten wir u. a. für die Humanitäre Hilfe und den Wiederaufbau eines interreligiösen Bildungszentrums unterstützen. Weiter möchten wir mit dieser Veranstaltung auch ein Zeichen setzen, dass wir im Dialog und der notwendigen gegenseitigen Hilfe, auch die schwersten Zeiten überwinden können. Gemeinsam und solidarisch müssen wir den betroffenen Menschen weiterhin eine hoffnungsvolle Zukunft aufzeigen.

Der folgende Link zum Artikel beschreibt wie es dazu kommen konnte, dass so viele Häuser und Menschen unter einer so gewaltigen Schlammflut begraben wurden.

Dongeng Geologi (Seite auf indonesisch)
Benefizveranstaltung "GemeinsamSolidarisch"
Published in Indonesien / Indonesia
Cookies make it easier for us to provide you with our services to EIKG / JKI. With the usage of our services you permit us to use cookies. Your settings will be saved for 365 days.